Maulid Nabi Muhamad SAW 1432 H
Lapas Klas IIB Cilacap !!.. Seperti tahun-tahun sebelumnya Perayaan Maulid berlangsung di bebarapa tempat, ada yang berlangsung sangat meriah namun ada pula yang berlangsung sederhana. Perayaan Maulid dibeberapa daerah sudah menjadi tradisi, bahkan ada yang mengarah ke praktik syirik dengan mengadakan sesajian, berkurban untuk alam, laut misalkan, pemubadziran makanan atau harta, ikhtilath atau campur baur laki-laki dan perempuan, praktek yang mengancam jiwa dengan berdesak-desakan atau rebutan makanan, dan lainnya yang bertentangan dengan syari’at.
Dibalik semua perayaan yang berlangsung tersebut ada hal yang paling penting kita maknai, agar perayaan itu bukan sekedar seremonial belaka. Peringatan maulid itu dalam rangka mengingat kembali sejarah kehidupan Rasulullah saw., mengingat kepribadian beliau yang agung, mengingat misinya yang universal dan abadi, misi yang Allah swt. tegaskan sebagai rahmatan lil’alamin. Syaikh Dr. Yusuf Al Qaradhawi, Ketua Persatuan Ulama Internasional, mengungkapkan dalam situs beliau:“Ketika kita berbicara tentang peristiwa maulid ini, kita sedang mengingatkan umat akan nikmat pemberian yang sangat besar, nikmat keberlangsungan risalah, nikmat kelanjutan kenabian. Dan berbicara atau membicarakan nikmat sangatlah dianjurkan oleh syariat dan sangat dibutuhkan.”
Kenyataan saat ini telah membuktikan, bahwa disebabkan belum bersungguh-sungguhnya kita dalam meneladani Rasulullah SAW dalam mengarungi perjuangan hidup, maka kehidupan kaum muslimin saat ini cenderung terperosok menjadi ummat terbelakang, dibandingkan dengan ummat-ummat lain di hampir semua bidang kehidupan. Oleh karena itu, jika kondisi kehidupan kita ingin berubah, maka yang harus kita lakukan adalah mau dan berani merubah kebiasaan hidup kita ini. Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah segala sesuatu yang ada pada diri mereka sendiri” (QS.23. Ar-Ra’du : 11). Imam Ibnu ‘Atho’illah dalam kitab Al-Hikam menyatakan :“Bagaimana mungkin keadaanmu akan berubah menjadi luar biasa, sedangkan kamu belum mau merubah kebiasaan-kebiasaaan hidupmu”.
Kebiasaan mengabaikan teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan kita sehari-hari ternyata membawa kita kepada kemunduran derajat hidup, maka jika ingin berubah menjadi ummat yang maju dan bermartabat, kita harus merubah kebiasaan kita. Kita harus tinggalkan sikap menyepelekan dan mengabaikan uswahtul hasanah Rasulullah SAW. Kita harus bersungguh-sungguh dan lebih bersungguh-sungguh lagi dalam mengenal dan mengikuti teladan Rosulullah SAW dalam hidup ini. Kesungguhan kita dalam mengikuti teladan Rasulullah SAW secara utuh dalam mengarungi perjuangan hidup ini adalah kunci menuju kehidupan ummat yang lebih maju dan bertartabat di masa yang akan datang. Imam Ibnu Atho’illah menyatakan : “Janganlah kamu membanggakan warid yang belum kamu ketahui buahnya. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan itu bukanlah hujan. Sesungguhnya yang dimaksudkan dengan adanya awan adalah wujudnya buah-buah pepohonan”. Al-Hamdulillah jika kita dapat menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan meriah. Namun hendaknya jangan terlalu bangga dahulu. Sebab terselenggaranya acara itu baru ibarat awan. Meriahnya suasana baru laksana hujan. Bagaimana dengan buahnya ?. Sudah wujudkah ?. Buahnya adalah “Mutiara hikmah dan perubahan”. Perubahan menjadi lebih baik. Lebih utuh dan lebih bersungguh-sungguh dalam meneladani Rosulullah SAW dalam seluruh sisi kehidupan kita. Kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, negara dan dunia.
Rasullah SAW adalah rahmat bagi semesta alam, kebaikan dan keberkahannya tidak hanya didapatkan oleh orang-orang yang semasanya dan tidak pula berakhir dengan wafatnya. Kepada Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman, " dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) kententraman jiwa bagi mereka. Allah Maha mendengar, maha mengetahui." (Qs. At-Taubah: 103). Allahumma inni atawajjahu ilaika binabiyyika nabiyyirrahmati Muhammadin shallallahu `alaihi wa alihi. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dan menghadap kepada-Mu dengan (perantaraan) Nabi-Mu, nabi pembawa rahmat, Nabi Muhammad, shalawat atasnya dan atas keluarganya.(fatamorgana).
Maulid Nabi bisa kita renungi menurut logika paling sederhana. Bahwa memperingati hari kelahiran nabi berarti menguak sejarah nabi dan rasul SAW. Al-Qur’an saja banyak berkisah tentang sejarah orang-orang kafir, sejarah para pendusta Allah, apalagi sejarah para nabi dan rasul. Ini menunjukkan betapa pentingnya merenungi sejarah nabi, di samping menanamkan rasa cinta kita kepada rasul SAW, dengan seluruh akhlak, ajaran, akidah dan cahayanya. Banyak kalangan yang membid’ahkan maulid Nabi, dengan alasan di zaman Nabi maupun sahabat tidak pernah ada. Pandangan dan pemikiran tersebut tentulah sangat dangkal dalam memahami Islam secara total. Kalau kita ingin melihat, menganalisa, memahami buah kelapa, tidak hanya melihat kulitnya saja, tetapi harus sampai kebuahnya, santannya, minyaknya, bahkan atom kelapanya. Mungkin anda sudah beriman, sudah muslim, tetapi coba anda tanya kepada diri sendiri, apakah anda sudah mencintai Allah dan RasulNya? Sementara itu ada keterangan yang menyatakan “Barang siapa yang mencintai sesuatu maka akan banyak mengingatnya”. Sekali lagi anda amati serta cermati perayaan Maulid Nabi SAW, mulai dari berkumpulnya orang-orang muslimin pada suatu tempat yang bisa di jadikan media silaturahmi, dilanjutkan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, Pembacaan sholawat Nabi, siraman rohani (pengajian/thalabul ‘ilmi) dan di akhiri pembacaan do’a serta sedikit makanan yang merupakan sedekah dari para agnia (dermawan). Menurut hemat penulis semua acara dalam Maulid Nabi tersebut merupakan aplikasi dari ajaran Islam. Bagaimana menurut pendapat anda? Yang jelas perbedaan pandangan adalah rahmat selama dapat ditanggapi dengan sikap positif dan pikiran jernih. Sekian, semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan kita..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar